Minggu, 04 Maret 2012

Kesenian Suku Serawai Nyaris Punah

Tabot Tebuang salah satu ritual adat masyarakat Bengkulu (sumber: Antara)
Pemerintah Kota Bengkulu berupaya membangkitkan lagi lewat berbagai pentas budaya yang melibatkan generasi muda.
Ratusan warga Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu menyaksikan pentas kesenian Serawai yang bertajuk Semalam di Serawai di Lapangan Kelurahan Sidomulyo, Sabtu (22/10) hingga dini hari ini.
"Kami sengaja mengundang ratusan warga untuk menyaksikan pentas budaya Semalam di Serawai sebagai upaya membangkitkan berbagai kesenian Serawai agar tetap bertahan di era globalisasi," kata Wali Kota Bengkulu, Ahmad Kanedi di Bengkulu, hari ini.
Ia mengatakan, pentas seni Semalam di Serawai, dan beberapa kesenian lain di daerah itu dapat menjadi kegiatan rutin Pemerintah Kota Bengkulu setiap tahun untuk mempertahankan budaya suku Serawai dan suku lainnya agar tidak punah terkikis budaya asing.
"Kita harus berusaha keras agar budaya Serawai bisa terus dinikmati dan dilanjutkan generasi muda pada masa yang akan datang. Sehingga tidak tergilas oleh budaya asing yang terus memengaruhi budaya Indonesia umumnya, dan Kota Bengkulu khususnya," imbuhnya.
Pemkot Bengkulu akan terus mengembangkan pentas budaya Serawai agar bisa diikuti seluruh suku Serawai yang bermukim di seluruh Provinsi Bengkulu maupun warga Serawai yang merantau ke provinsi lainnya.
"Kita akan terus mengembangkan kesenian Serawai agar menjadi aset Provinsi Bengkulu sehingga dapat menarik minat para wisatawan lokal maupun mancanegara untuk menyaksikannya," tambah Ahmad.
Sekretaris Daerah Kota Bengkulu, Rusli Zaiwin mengatakan, kegiatan Semalam di Serawai dengan tujuan membangkitkan kembali kesenian suku Serawai yang hampir punah, dan menghibur masyarakat.
"Kegiatan serupa pernah diadakan pada 2008 sehingga dilakukan kembali agar kesenian tersebut tidak makin punah. Sumber pendanaan kegiatan tersebut berasal dari swadaya pihak-pihak yang mendukung kegiatan itu," katanya.
Ragam Tradisi & Budaya Suku Serawai
Kegiatan tersebut diikuti tokoh etnis Serawai berasal dari Manna, Talo, dan Seluma, yang bisa menari "andun", "gegerit", berdendang, dan "berejung". Tarian itu pada zaman dahulu merupakan cara pengungkapan perasaan bujang kepada seorang gadis.
Rusli mengatakan, kegiatan tersebut pada zaman dahulu banyak dilakukan saat pesta pernikahan. Dia berharap dengan digelarnya pentas kesenian tersebut masyarakat mau melestarikan lagi tradisi tersebut dalam acara pernikahan. Selain juga dapat menumbuhkan grup kesenian serawai di daerah itu.
Ketua Pelaksana Pentas Seni "Semalam di Serawai" Bakhsir mengatakan, dua tahapan kegiatan "Semalam di Serawai" yakni dendang dan tari yang dilaksanakan secara bersamaan.
Tahapan tari suku serawai seperti tari Hulu, katanya, mempunyai pengatur yang dinamakan inang delapan.
"Kami berharap kesenian Serawai ini bisa tumbuh dan berkembang serta menjadi aset seni daerah yang dibanggakan masyarakat daerah ini," katanya.
Bakhsir menambahkan, untuk mencerminkan suasana seperti zaman dahulu, pihaknya mendekorasi panggung sedemikian rupa dengan pencahayaan bersumber dari lampu petromaks dan obor.
Mereka juga menghidangkan makanan khas suku Serawai, salah satunya menggoreng pisang langsung di lokasi itu untuk dihidangkan kepada tamu dan masyarakat.
Provinsi Bengkulu memiliki sekitar sembilan etnis yakni Mukomuko, Pekal, Lembak, Pasemah, Melayu Bengkulu, Serawai, Kaur, Enggano, dan Rejang.
Mereka berbaur dengan pendatang antara lain berasal dari Aceh, Batak, Minangkabau, Sunda, Jawa, Bugis, Bali, India, dan Cina, lalu menyatukan diri sebagai penduduk Bengkulu dan melahirkan Bengkulu sebagai komunitas budaya.
Suku Serawai merupakan suku bangsa dengan populasi terbesar kedua yang hidup di daerah Bengkulu. Sebagian besar masyarakat suku Serawai berdiam di Kabupaten Bengkulu Selatan yakni di kecamatan Sukaraja, Seluma, Talo, Pino Manna, dan Seginim.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar