Tabot Tebuang salah satu ritual adat masyarakat Bengkulu (sumber: Antara)
Pemerintah Kota Bengkulu berupaya membangkitkan lagi lewat berbagai pentas budaya yang melibatkan generasi muda.
Ratusan
warga Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu menyaksikan pentas kesenian
Serawai yang bertajuk Semalam di Serawai di Lapangan Kelurahan
Sidomulyo, Sabtu (22/10) hingga dini hari ini.
"Kami
sengaja mengundang ratusan warga untuk menyaksikan pentas budaya
Semalam di Serawai sebagai upaya membangkitkan berbagai kesenian Serawai
agar tetap bertahan di era globalisasi," kata Wali Kota Bengkulu, Ahmad
Kanedi di Bengkulu, hari ini.
Ia
mengatakan, pentas seni Semalam di Serawai, dan beberapa kesenian lain
di daerah itu dapat menjadi kegiatan rutin Pemerintah Kota Bengkulu
setiap tahun untuk mempertahankan budaya suku Serawai dan suku lainnya
agar tidak punah terkikis budaya asing.
"Kita
harus berusaha keras agar budaya Serawai bisa terus dinikmati dan
dilanjutkan generasi muda pada masa yang akan datang. Sehingga tidak
tergilas oleh budaya asing yang terus memengaruhi budaya Indonesia
umumnya, dan Kota Bengkulu khususnya," imbuhnya.
Pemkot
Bengkulu akan terus mengembangkan pentas budaya Serawai agar bisa
diikuti seluruh suku Serawai yang bermukim di seluruh Provinsi Bengkulu
maupun warga Serawai yang merantau ke provinsi lainnya.
"Kita
akan terus mengembangkan kesenian Serawai agar menjadi aset Provinsi
Bengkulu sehingga dapat menarik minat para wisatawan lokal maupun
mancanegara untuk menyaksikannya," tambah Ahmad.
Sekretaris
Daerah Kota Bengkulu, Rusli Zaiwin mengatakan, kegiatan Semalam di
Serawai dengan tujuan membangkitkan kembali kesenian suku Serawai yang
hampir punah, dan menghibur masyarakat.
"Kegiatan
serupa pernah diadakan pada 2008 sehingga dilakukan kembali agar
kesenian tersebut tidak makin punah. Sumber pendanaan kegiatan tersebut
berasal dari swadaya pihak-pihak yang mendukung kegiatan itu," katanya.
Ragam Tradisi & Budaya Suku Serawai
Kegiatan
tersebut diikuti tokoh etnis Serawai berasal dari Manna, Talo, dan
Seluma, yang bisa menari "andun", "gegerit", berdendang, dan "berejung".
Tarian itu pada zaman dahulu merupakan cara pengungkapan perasaan
bujang kepada seorang gadis.
Rusli
mengatakan, kegiatan tersebut pada zaman dahulu banyak dilakukan saat
pesta pernikahan. Dia berharap dengan digelarnya pentas kesenian
tersebut masyarakat mau melestarikan lagi tradisi tersebut dalam acara
pernikahan. Selain juga dapat menumbuhkan grup kesenian serawai di
daerah itu.
Ketua
Pelaksana Pentas Seni "Semalam di Serawai" Bakhsir mengatakan, dua
tahapan kegiatan "Semalam di Serawai" yakni dendang dan tari yang
dilaksanakan secara bersamaan.
Tahapan tari suku serawai seperti tari Hulu, katanya, mempunyai pengatur yang dinamakan inang delapan.
"Kami
berharap kesenian Serawai ini bisa tumbuh dan berkembang serta menjadi
aset seni daerah yang dibanggakan masyarakat daerah ini," katanya.
Bakhsir
menambahkan, untuk mencerminkan suasana seperti zaman dahulu, pihaknya
mendekorasi panggung sedemikian rupa dengan pencahayaan bersumber dari
lampu petromaks dan obor.
Mereka
juga menghidangkan makanan khas suku Serawai, salah satunya menggoreng
pisang langsung di lokasi itu untuk dihidangkan kepada tamu dan
masyarakat.
Provinsi
Bengkulu memiliki sekitar sembilan etnis yakni Mukomuko, Pekal, Lembak,
Pasemah, Melayu Bengkulu, Serawai, Kaur, Enggano, dan Rejang.
Mereka
berbaur dengan pendatang antara lain berasal dari Aceh, Batak,
Minangkabau, Sunda, Jawa, Bugis, Bali, India, dan Cina, lalu menyatukan
diri sebagai penduduk Bengkulu dan melahirkan Bengkulu sebagai komunitas
budaya.
Suku
Serawai merupakan suku bangsa dengan populasi terbesar kedua yang hidup
di daerah Bengkulu. Sebagian besar masyarakat suku Serawai berdiam di
Kabupaten Bengkulu Selatan yakni di kecamatan Sukaraja, Seluma, Talo,
Pino Manna, dan Seginim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar